Patah Hatinya Seorang Ibu Membesarkan Anak Pembunuh Massal

Patah Hatinya Seorang Ibu Membesarkan Anak Pembunuh Massal

Dylan Klebold dan Sang Ibu Sue Klebold

Liputan6.com, London : Insiden penembakan brutal Adam Lanza di sekolah dasar Sandy Hook membuat warga bertanya-tanya mengapa pelaku bisa melakukan tindakan sekeji itu. Namun bagi Sue Klebold, terkadang tak ada cara untuk melihat adegan mengerikan itu, meski si pembunuhnya adalah anak Anda.

Klebold merupakan orangtua dari Dylan Klebold, yang pada 20 April 1999 bersama dengan teman sekelasnya Eric Harris melepaskan tembakan di Columbine High School, menewaskan 12 siswa dan satu guru sebelum keduanya bunuh diri.

Seperti dikutip Dailymail, Senin (24/12/2012), Klebold menceritakan pengalaman pahit usai insiden yang dilakukan anaknya itu dalam sebuah buku. Akibat ulah anaknya, Klebold menjadi paria (kasta yang dianggap terendah diantara semua kasta). Tapi isolasi bisa membantunya menemukan empati terhadap anaknya yang telah tiada hampir 14 tahun.

Pada saat itu, insiden Columbine menjadi penembakan sekolah terburuk dalam sejarah. Bahkan Klebold dikucilkan karena dianggap telah membesarkan seorang monster.

Klebold dalam buku yang ditulis Andrew Solomon menceritakan, selama bertahun-tahun ia berharap anaknya tidak membunuh siapa pun, tapi polisi merilis rekaman video Dylan dan Harris yang merencanakan kejahatannya, ini membuat Klebold bisa menerima kenyataan.

"Itulah untuk pertama kalinya," kata Klebold. "Saya mengerti mengapa Dylan mencari orang lain. Ketika saya melihat penghinaan dari dunia, saya hampir membenci anak saya. Saya ingin menghancurkan video yang mengawetkan kesalahan dia".

Klebold mengungkapkan bagaimana kehidupannya saat ini bisa membuatnya melihat dunia dari mata anaknya. Inilah yang tidak akan pernah ditemukan Nancy Lanza, ibu dari Adam Laznza. Nancy menjadi korban pertama setelah anaknya menembaknya dengan pistol miliknya sebelum pergi Sandy Hook.

Buku Solomon 'Far From The Tree' mengeksplorasikan bagaimana orangtua menghadapi anaknya yang kriminal dan termasuk pelajaran yang diterima dari wawancara Klebold.

Solomon juga menulis Far From the Tree: Parents, Children and the Search for Identity, dan The Noonday Demon: An Atlas of Depression, yang memenangkan penghargaan buku nasional pada 2001 dan menjadi finalis Pulitzer Prize pada 2002.

Solomon mencatat, orangtua sering dipuji dengan anak-anaknya yang berbuat baik, tapi orangtua juga disalahkan jika anaknya menjadi kriminal. Ini yang bisa membuat orangtua diisolasi.

"Orangtua pada kunjungan di fasilitas remaja mungkin mengeluh satu sama lain dengan cara yang ramah, tapi selain komunitas itu yang melihat ilegalita sebagai norma bisa menjadi penderitaan".

Klebold menceritakan, sebelum anaknya melakukan tindakan sadis itu ia tidak pernah merasa tidak aman di depan orang yang membencinya."Apa yang saya pelajari menjadi orang buangan karena tragedi itu telah memberi saya wawasan tentang apa yang harus dirasakan".

"Saya bisa membaca tiga ratus surat di mana orang-orang mengatakan," Saya mengagumi Anda', 'Saya berdoa untuk Anda', dan 'saya pernah membaca salah satu surat benci dan dihancurkan," kata Klebold. "Ketika orang merendahkan Anda, itu jauh melampaui semua cinta."

Sebelum insiden Columbine, Klebold yang bekerja segedung dengan kantor pembebasan bersyarat mengaku, dirinya merasa terasing dan ketakutan ketika berada di sekitar terpidana. Tapi setelah Columbine ia melihatnya berbeda. "Saya merasa mereka sama seperti anak saya".

"Mereka hanya orang-orang yang untuk beberapa alasan membuat pilihan yang mengerikan dan dilemparkan ke dalam situasi yang mengerikan, situasi yang putus asa. Ketika saya mendengar berita teroris, saya berpikir 'itu anak seseorang'. Columbine membuat saya merasa lebih terhubung dengan umat manusia".

Menurut Solomon, menjadi orangtua dari anak-anak yang kriminal membuat perasaan terkatung-katung. Solomon mencatat, ada tiga faktor risiko dominan dalam menentukan melakukan pidana di masa depan: keluarga dengan satu orangtua, penyalahgunaan atau penelantaran, dan terpapar kekerasan dalam kehidupan rumah mereka atau lingkungan. Namun dalam beberapa kasus, seperti dari Klebolds, tampaknya ada tidak ada indikator yang dapat diandalkan.

"Semakin saya mengenal Klebolds, semakin membuat saya bingung," ujar Solomon.

"Kebaikan Sue Klebold (sebelum Dylan meninggal, dia bekerja dengan orang-orang penyandang cacat) akan menjadi doa yang dijawab anak-anak yang diabaikan dan disalahgunakan".

Pengalaman 14 tahun Klebold yang terasing mengubah caranya melihat dunia. "Dulu saya berpikir bisa memahami orang, berhubungan, dan membacanya dengan baik," kata Klebold.

"Setelah itu saya sadar bahwa saya tidak memiliki jawaban apa yang manusia lain pikirkan. Kita membacakan anak-anak kita dongeng, mengajarkan mereka ada orang baik dan orang jahat. Saya tidak akan pernah melakukan itu sekarang," tambah Klebold.

"Saya akan mengatakan, setiap orang memiliki kapasitas untuk menjadi baik dan kemampuan memilih yang buruk. Jika Anda mencintai seseorang, Anda harus mencintai keduanya dari sisi baik dan buruknya".(MEL/IGW)



Simpan Artikel Patah Hatinya Seorang Ibu Membesarkan Anak Pembunuh Massal Dengan Link : https://neoblogku.blogspot.com/2012/12/patah-hatinya-seorang-ibu-membesarkan.html
Judul : Patah Hatinya Seorang Ibu Membesarkan Anak Pembunuh Massal.
Kategori : Aktual
Ditulis oleh : Unknown Pada Monday, December 24
Bagikan Ke : Facebook / Twitter
SPAM di DELETE, Gunakan Open ID Agar saya mudah berkunjung ke Blog Agan
Komentar

Post a Comment